KREATIVITAS BELAJAR SISWA

Loading...
KREATIVITAS BELAJAR SISWA
Pengertian Kreatvitas 
Menurut Conny Semiawan dalam bukunya Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Di Sekolah Menengah, (1990:7), kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kogniif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciri-ciri afekif (non-aptitude) seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru.

Kata  kreativitas  berasal  dari “create”  yang  berarti  pandai mencipta.  Dalam  pengertian  yang  lebih  luas,  kreativitas  berarti  suatu proses  yang  tercermin  dalam  kelancaran,  kelenturan (fleksibilitas)  dan originalitas  berfikir.  Menurut  Hurlock  (2005:  4),  “Kreativitas  adalah kemampuan  untuk  menghasilkan  komposisi,  produk,  atau  gagasan  apa saja  yang  pada  dasarnya  baru  dan  sebelumnya  tidak  dikenal pembuatannya”. 


=====================================




=====================================

Menurut Clark Moustakas sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar (2002:24) dalam bukunya Membangun Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah menyatakan bahwa “Kreativitas Adalah Pengalaman Mengekspresikan Dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain.”

Kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan unuk menciptakan hal-hal yang baru sama sekali tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Yang dimaksudkan dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah ada sebelumnya, atau sudah dikenal sebelumnya. Adalah sebuah pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya. Disini termasuk segala pengetahuan yang telah diperolahnya baik selama dibangku sekolah maupun diperolehnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin banyak kemungkinan dia memanfaatkan dan menggunakan segala pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk bersibuk diri secara kreatif.

Kreativitas tidak sama dengan intelegensi, dalam arti intelegensi question (IQ), sebagaimana dituangkan dalam penelitian (research) dari tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Kita sekarang juga mengetahui bahwa jenis tertentu dari keahlian pikiran divergent dapat ditingkatkan dengan praktek dan latihan. Namun harapan “gagasan yang menghebohkan” yang sangat berguna dalam memahami kreativitas yang minat pada dua puluh terakhir adalah ide kreativitas sebagai multi intelegen (intelegen yang berlipat ganda).

Asrori (2009:63) menyatakan bahwa kreativitas adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir yang menyeluruh.

Nana  Syaodih  (2005:104)    mengemukakan  bahwa kreativitas  merupakan  kemampuan  yang  dimiliki  seseorang  untuk menemukan dan menciptakan hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna  bagi  dirinya  dan  masyarakat.  Hal  baru  itu  tidak  perlu  sesuatu yang sama sekali unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu  menemukan  kombinasi  baru,  hubungan  baru,  konstruk  baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Jadi hal baru itu sesuatu yang sifatnya inovatif. 

Drevdahl (Asrori, 2009:62) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dan pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang. Hasil tersebut berguna, bertujuan, terarah, dan tidak hanya sekedar fantasi. Sumber awal dan perkembangan kreativitas itu disebabkan oleh faktor-faktor yang ada dalam lingkungan keluarga.

Utami  Munandar  dalam  Nana  Syaodih  (2005:104)  memberikan rumusan tentang kreativitas sebagai berikut:Kreativitas  adalah  kemampuan:  a)  untuk  membuat  kombinasi baru,  berdasarkan  data,  informasi  atau  unsur  yang  ada,  b) berdasarkan  data  atau  informasi  yang  tersedia,  menemukanbanyak  kemungkinan  jawaban  terhadap  suatu  masalah, dimana penekanannya  adalah  pada  kualitas,  ketepatgunaan  dan keragaman  jawaban,  c)  yang  mencerminkan  kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Supriyadi  (1994:20)  mengemukakan  bahwa  kreativitas  adalah kemampuan  seseorang  untuk  melahirkan  sesuatu  yang  baru,  baik  berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.  Hal  ini  senada  dengan  pendapat    Semiawan  (1997:19)  yang mengemukakan  bahwa  kreativitas  merupakan  kemampuan  untuk  memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. 

Rhodes  yang  dikutip  dalam  Utami  Munandar  (2002:25) menganalisis  lebih  dari  40  definisi  tentang  kreativitas  menyimpulkan bahwa  pada  umumnya  kreativitas  dirumuskan  dalam  istilah  pribadi (person),  proses  (process),  dorongan  (press),  dan  produk  (product). Rhodes  menyebut  keempat  jenis  definisi  kreativitas ini  sebagai Four P’s of Creativity. Berikut beberapa definisi tentang kreativitas menurut para pakar:

1. Pribadi
Menurut  Hulbeck “creativity  is  an  imposing  of  one’s  own  whole personality on the environment in a unique and characteristic way”. Tindakan  kreatif  muncul  dari  keseluruhan  kepribadian  dalam interaksi  dengan  lingkungannya.  Definisi  tentang  kreativitas  yang juga  menekankan  aspek  pribadi  diberikan  Sternberg  dalam “three facet  model  of  creativity”,  yaitu  “kreativitas  merupakan  titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.

2. Proses
Definisi  tentang  proses  kreatif  dari  Torrance  pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu: “The  process  of  (1)  sensing  difficulties,  problem, gaps  in information,  missing  elements,  something  asked;  (2)  making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; (3 )evaluating  and  testing  these  guesses  and  hypotheses;  (4) possibly  revising  and  retesting  them;  and  finally  (5) communicating the results”
Definisi  Torrance  ini  meliputi  seluruh  proses  kreatif  dan  ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Wallas dalam Nana Syaodih (2005:105) mengemukakan ada 4 tahap perbuatan atau kegiatan kreatif, yaitu:
a. Tahap  persiapan  atau preparation,  merupakan  tahap  awal  berisi kegiatan  pengenalan  masalah,  pengumpulan  data  informasi  yang relevan, melihat hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang  ada,  tetapi  belum  sampai  menemukan  sesuatu,  baru menjajagi kemungkinan-kemungkinan.
b. Tahap  pematangan  atau  incubation,  merupakan  tahap menjelaskan,  membatasi,  membandingkan  masalah.  Dengan proses  inkubasi  atau  pematangan  ini  diharapkan  ada pemisahan mana  hal-hal  yang  benar-benar  penting  dan  mana  yang  tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.
c. Tahap  pemahaman  atau illumination,  merupakan  tahap  mencari dan  menemukan  kunci  pemecahan,  menghimpun  informasi  dari luar  untuk  dianalisis  dan  disintesiskan,  kemudian  merumuskan beberapa keputusan.
d. Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan membuktikan  hipotesis, apakah  keputusan  yang  diambil itu  tepat atau tidak.

3. Produk
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti  definisi  dari  Barron  yang  menyatakan  bahwa “kreativitas adalah  kemampuan  untuk  menghasilkan/menciptakan  sesuatu  yang baru.” Begitu pula menurut  Haefele “kreativitas adalah  kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang  mempunyai makna sosial.” Definisi Haefele ini menekankan bahwa suatu produk kreatif tidak  hanya  harus  baru  tetapi  juga  diakui  dan  bermakna.  Amabile mendefinisikan kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi.

4.  Pendorong
Definisi  keempat  menekankan  kreativitas  pada  faktor  press  atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan  hasrat  untuk  menciptakan  dan  bersibuk  diri  secara  kreatf) maupun  dorongan  eksternal  dari  lingkungan  sosial  dan  psikologis. Definisi  Simpson  merujuk  pada  aspek  dorongan  internal,  yaitu kemampuan kreatif yang dirumuskan sebagai “the initiative that one manifers  by  his  power  to  break  away  from  the  usual sequence  of thought”. Menurut Amabile kreativitas tidak hanya bergantung pada keterampilan  dalam  bidang  dan  berfikir  kreatif,  tetapi  juga  pada motivasi  intrinsik  (pendorong  internal)  untuk  bersibuk  diri  dalam bekerja,  dan  pada  lingkungan  sosial  yang  kondusif  (pendorong eksternal).

D.N.  Perkins  dalam  Zaleha  Ishab  (2008:54)  juga  mengemukakan  bahwa kreativitas  tidak  hanya  bergantung  pada  satu  sifat  saja,  tetapi melibatkan banyak komponen. Komponen tersebut antara lain:
1. Berpikir kreatif melibatkan sisi estetik dan standar praktis.
2. Berpikir kreatif bergantung pada perhatian terhadap tujuan dan hasil.
3. Berpikir  kreatif  lebih  banyak  bergantung  kepada  mobilitas  daripada kepada kelancaran.
4. berpikir kreatif tidak hanya objektif tetapi juga subjektif
5. berpikir  kreatif  lebih  banyak  bergantung  kepada  motivasi  intrinsik daripada motivasi ekstrinsik.

Dari  keterangan  di  atas  dapat  dipahami  bahwa  kreativitas  bukan saja  berhubungan  dengan  penemuan  yang  bagus  dan  menarik,  tetapi lebih  banyak  berhubungan  dengan  penemuan  yang  menunjukkan penerapan  dan  mungkin  agak  membosankan  sehingga  menjadikan aspek kreatifnya tidak terlihat. Dalam menjalani proses kreatif ini tidak bisa terpaku pada satu hal karena kaku dan terobsesi dengan kreativitas. Kadang-kadang  diperlukan  sikap  subjektif  dan  memperhatikan pendapat  yang  berdasarkan  perasaan.  Selain  itu,  sikap  proaktif  dalam bertindak juga diperlukan dalam menjalani proses kreatif.

Campbell  (2001:17)  mengartikan kreativitas  sebagai  kegiatan  yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti.   Baru diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan.  Berguna  diartikan  sebagai  lebih  enak,  lebih  praktis,  mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.  Sedangkan  dapat dimengerti diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.

Berdasarkan  pendapat  beberapa  ahli,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain, atau menciptakan sesuatu yang baru.

Pengertian Belajar
Belajar  merupakan  suatu  usaha  sadar  individu  untuk  mencapai  tujuan peningkatan  diri  atau  perubahan  diri  melalui  latihan-latihan  dan pengulanganpengulangan  dan  perubahan  yang  terjadi  bukan  karena  peristiwa kebetulan.Belajar  merupakan  suatu  kegiatan  disengaja  yang  bertujuan  mencapai suatuhasil  belajar,  kepandaian  atau  kemahiran  baru  yang  dapat  digunakan  dalam kehidupan  Mulyati  (2005:5).  Belajar  melibatkan  tiga  proses  yang  berlangsung hampir  bersamaan,  yaitu  memperoleh  informasi  baru,  transformasi,  dan  menguji relevansi  dan  ketepatan  pengetahuan.  Informasi  baru  merupakan  penghalusan informasi sebelumnya yang kemudian ditransformasikan.Pada tahap transformasi, seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok.

Dalam mendefinisikan tentang belajar banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mancari ilmu atau menuntut ilmu, hampir semua ahli pendidikan mencoba merumusakan dan menafsirkan tentang belajar, dalam definisi sering kali rumusan itu berbeda satu sama lain.

Menurut Abi Syamsudin Makmun (2001:157), belajar adalah suatu proses yang selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Alisuf Sobri (1995:55) bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.

Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Namun tidak sama perubahan prilaku berarti belajar, orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubahtingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan baru. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang ahli, tetapi dari segi pendangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan.

Menurut Hilgard dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2008:45) dalam bukunya psikologi pendidikan mereka mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan, perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak diketahui atau dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakan sampai pada suatu saat untuk dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.

Dengan  tugas  baru,  mungkin  melalui  cara  ekstrapolasi  dan  atau  bentuk lain. Pada proses terakhir, ada pegujian cara memperlakukan pengetahuan apakah sesuai dengan tugas. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan  latihan.  Artinya,  tujuan  kegiatan  adalah  perubahan  tingkah  laku,  baik  yang menyangkut  pengetahuan,  keterampilan  maupun  sikap;  bahkan  meliputi  segenap aspek organisme atau pribadi.

Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk  dalam  cakupan  tanggung  jawab  guru.  Jadi,  hakikatnya  belajar  adalah perubahan  Syaiful  Bahri  Djamarah  dan  Zain  (2002:11).  Belajar  dalam  arti  yang luas  yaitu  suatu  proses  perubahan  tingkah  laku  yang  dinyatakan  dalam  bentuk penguasaan,  penggunaan,  dan  penilaian  terhadap  atau  mengenai  sikap  dan  nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau  lebih  luas  lagi  dalam  berbagai  aspek  kehidupan  atau  pengalaman  yang terorganisir  Natawidjaja  (1979:1)  Menurut  Natawidjaja  (1979:3)  terdapat  dua kriteria belajar yang berhasil, yaitu sebagai berikut.

1. Pengaruh  yang  besar  dari  interaksi  belajar  mengajar  terhadap  prestasi  siswa dalam  bentuk  penguasaan,  penggunaan  dan  penilain  sikap,  pengetahuan  dan keterampilan dasar, baik yang diperoleh melalui berbagai bidang studi maupun sebagai akibat komunikasi yang baik antara siswa dengan yang lain.
2. Suasana  yang  baik  pada  para  siswa,  pengajar  dan  siapa  saja  yang  turut  serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam hal ini prestasi  yang baik yang menjadi kriteria pertama.
Pengertian Kreativitas Belajar Siswa
Kreativitas belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar memegang peranan penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran. Menurut Usman (1993: 11) siswa yang memiliki kreativitas  dalam pembelajaran akan diketahui dengan menunjukkan tingkat kreativitasnya dalam berbagai kegiatan. Mereka selalu ingin memecahkan persolan-persoalan, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang destruktif di samping konstruktif, lebih senang bekerja sendiri dan percaya pada diri sendiri.

Utami Munandar (1992:47) mendefinisikan: “Kreativitas adalah kemampuan yang mencermiikan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas thiam berpikir seth kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan “Lebth lanjut Utami Muriandar menekankanbahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil rnteraksi dengan lingkungannya Lingkungán yang merupakan tempat individu berinteraksi itu dapat mendukung berkembangnya kreativitas, tetapi adajuga yang justru menghambat berkembangnya kreativitas individu. Kreativitas yang ada pada mdividu itu digunakan untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada ketika berinteraksi dengan lingkungannya dan mencari berbagai alternatif pemecahannya sehingga dapat tercapai penyesuaian-diri secara adekuat.

Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan (Utami Munandar, 1 992:48) Hasil-hasil baru itu muncul dan sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya. Kreativitas ini dapat terwujud dalarn suasana kebersamaan dan terjadi bila relasi antar individu ditandai oleh hubungan-hubungan yang bermakna.

Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .

Adapun karakteristik anak dalam belajar  menurut Usman (1993: 11) meliputi: (1) cepat dalam belajar; (2) lambat belajar; (3) anak yang kreatif; (4) underachiever; dan (4) anak yang gagal (drop-out).

Berdasarkan uraian tentang kreativitas dan belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kreativitas belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh anak didik (siswa) dalam proses pembelajaran atau mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik.

Ciri-ciri Kreativitas Belajar Siswa 
Supriyadi  (1994:15)  mengatakan  bahwa  ciri-ciri  kreativitas  berupa gagasan,  pemecahan  masalah  dan  penemuan.  Adapun  yang  termasuk  dalam aspek-aspek pokok individu kreatif, antara lain. 
a.  Kelincahan  berpikir  dari  segala  arah,  yaitu  kemampuan  untuk  melihat  masalah dari segala arah, sudut pandang, dan megumpulkan berbagai fakta yang penting untuk mengarahkan fakta itu pada masalah yang dihadapi. 
b.  Kelincahan  mental  berpikir  ke  segala  arah,  yaitu  kemampuan  untuk berpikir  dari  satu  ide/gagasan  menyebar  ke  segala  arah  yang memungkinkan mencari berbagai jawaban yang berbeda. 
c.  Fleksibilitas  konseptual  adalah  kemampuan  untuk  secara  spontan mengganti cara pandang dan pendekatan kerja yang tidak sejalan. 
d.  Originalitas  adalah  kemampuan  untuk  menuangkan  ide,  gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak biasa dan jarang bahkan mengejutkan. 
e.  Lebih  menyukai  kompleksitas  daripada  simplisitas,  individu  kreatif  lebih menyukai  kerumitan  daripada  kemudahan  memiliki  tantangan  dari keamanan, kecenderungan pada banyak tali temalinya. 
f.  Latar  belakang  yang  merangsang,  lingkungan  yang  merangsang  dan suasana yang mendukung mendorong timbulnya kreativitas individu.
g.  Kecakapan  dalam  banyak  hal,  para  individu  kreatif  pada  umumnya mempunyai  minat  serta  kecakapan  dalam  berbagai  bidang  dan  dapat menikmati kehidupan dari berbagai sudut pandang.
Csikszentmihalyi  dalam  Utami  Munandar  (2002:51) mengemukakan sepuluh ciri-ciri kepribadian kreatif, antara lain sebagai berikut:
1. Pribadi  kreatif  mempunyai  kekuatan  energi  fisik  yang memungkinkan  mereka  bekerja  berjam-jam  dengan  konsentrasi penuh,  tetapi  mereka  juga  bisa  tenang  dan  rileks,  bergantung  pada situasinya.
2. Pribadi kreatif, cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga  naif.  Di  satu  pihak  mereka  mempunyai  kebijakan  (wisdom), tetapi juga bisa seperti anak-anak (childlike). Insight yang mendalam dapat tampak bersama-sama dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka dapat berfikir konfergen dan difergen.
3. Ciri-ciri  paradoksal  ketiga  berkaitan  dengan  kombinasi  antara  sikap bermain  dan  disiplin.  Kreativitas  memerlukan  kerja keras,  keuletan, dan  ketekunan  untuk  menyelesaikan  suatu  gagasan  atau  karya  baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi.
4. Pribadi  kreatif  dapat  berselang-seling  antara  imajinasi  dan  fantasi, namun  tetap  bertumpu  pada  realitas.  Keduanya  diperlukan  untuk dapat  melepaskan  diri  dari  kekinian  tanpa  kehilangan  sentuhan dengan masa lalu. 
5. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.  Seseorang  perlu  dapat  bekerja  sendiri untuk  dapat berkreasi,  tetapi  juga  penting  baginya  untuk  bertemu  dengan  orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya orang lain.
6. Orang  kreatif  dapat  bersikap  rendah  diri  dan  bangga  akan  karyanya pada  saat  yang  sama.  Mereka  puas  dengan  prestasi  mereka  tetapi biasanya  tidak  terlalu  ingin  menonjolkan  apa  yang  telah  mereka capai,  dan  mereka  juga  mengakui  adanya  faktor  keberuntungan dalam  karier  mereka.  Mereka  lebih  berminat  terhadap  apa  yang masih mereka lakukan.
7. Pribadi  kreatif  menunjukkan  kecenderungan  androgini  psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin).  Lepas  dari  kedudukan  gender,  mereka  bisa sensitif  dan asertif, dominan dan submisif pada saat yang sama.
8. Orang  kreatif  cenderung  mandiri  bahkan  suka  menentang,  tetapi  di lain  pihak  mereka  bisa  tetap  tradisional  dan  konservatif. Bagaimanapun,  kesediaan  untuk  mengambil  risiko  dan meninggalkan keterkaitan pada tradisi juga perlu.
9. Kebanyakan  orang  kreatif  sangat  bersemangat  bila  menyangkut karya  mereka,  tetapi  juga  sangat  objektif  dalam penilaian  karyanya. Tanpa  semangat  seseorang  bisa  kehilangan  minat  terhadap  tugas yang  sangat  sulit,  tetapi  tanpa  objektivitas,  karyanya  bisa  menjadi kurang baik dan kehilangan kredibilitasnya.
10.  Sikap  keterbukaan  dan  sensitivitas  orang  kreatif  sering membuatnya  menderita  jika  mendapat  banyak  kritik  dan  serangan terhadap  hasil  jerih  payahnya,  namun  disaat  yang  sama  ia  juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.

Campbell  yang mengelompokkan aspek kreatif dalam dua kategori, Ayan mengelompokkan ke dalam empat kategori.  Menurut Ayan (Candra,  2005:8),  aspek-aspek kreativitas terdiri dari.
a.       Rasa  ingin  tahu  (Curiousity)  merupakan  komponen  pertama  yang  sangat penting  bagi  usaha-usaha  kreatif  yang  dilakukan  seseorang.  Hal  ini  disebut juga sebagai kekuatan mempertanyakan sesuatu (questioning force).
b. Keterbukaan  terhadap  pengalaman  dan  pengetahuan  (Openness  to experiences  )atau  informasi  baru  juga  merupakan  komponen  yang  sangat vital  dalam  kreativitas.  Untuk  menjadi  orang  kreatif  diperlukan  persediaan informasi dan pengalaman yang banyak serta beraneka ragam dari waktu ke waktu.  Agar  cukup  informasi  dan  pengalaman,  seseorang  harus  bersifat fleksibel,  terbuka,  mau  menerima  dan  menghargai  berbagai  pandangan, pemikiran,  pendapat  dan  hasil  karya  orang  lain.  Dengan  fleksibilitas  dan keterbukaan ini, seseorang akan dapat memperkaya pengetahuan  yang telah ada  di dalam  struktur  kognitif,    sehingga  ia  berpeluang  besar  untuk  dapat memunculkan gagasan yang luar biasa.
c. Toleransi  terhadap  resiko (Risk  Tolerance) merupakan  kesanggupan  atau kesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang hendak diusahakan  atau  dihasilkan.  Keterbukaan  dan  keingintahuan  seseorang  juga akan  berkembang  dengan  baik  apabila  seseorang  juga  mempunyai  toleransi yang  tinggi  atau  kesanggupan  menerima  resiko-resiko  tertentu  yang mungkin ditimbulkannya. 
d. Energi  (Energy)  meliputi  energi  fisik  dan  energi  mentalis.Pada  umumnya orang  kreatif  memiliki  energi  yang  luar  biasa,  khususnya  energi    fisik.

Menurut  Utami  Munandar  dalam  Reni  Akbar  Hawadi  dkk.  (2001:5-10) menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)
a. Keterampilan  berpikir  lancar  yaitu  mencetuskan  banyak  gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b Keterampilan  berpikir  luwes  (Fleksibel)  yaitu  menghasilkan gagasan, jawaban  atau  pertanyaan  yang  bervariasi,  dapat  melihat  suatu masalahdari  sudut  pandang  yang  berbeda-beda,  mencari  banyak  alternatif atauarah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c. Keterampilan  berpikir  rasional  yaitu  mampu  melahirkan  ungkapan  yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yangtidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterampilan  memperinci  atau  mengelaborasi  yaitu  mampu  memperkaya dan  mengembangkan  suatu  gagasan  atau  produk,  menambahkan  atau memperinci  detil-detil  dari  suatu  objek,  gagasan  atausituasi  sehingga  lebih menarik.
e. Keterampilan  menilai  (mengevaluasi)  yaitu  menentukan  patokanpenilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suaturencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang  terbuka,  tidak  hanya  mencetuskan  gagasan,  tetapi  juga melaksanakannya.

2. Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)
a.  Rasa  ingin  tahu  yaitu  selalu  terdorong  untuk  mengetahui  lebih  banyak, mengajukan  banyak  pertanyaan,  selalu  memperhatikan orang,objek  dan situasi, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.
b. Bersifat imajinatif  yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, menggunakan khayalan dan kenyataan.
c.  Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
d. Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, tidak menjadi ragu-ragu  karena  ketidakjelasan,  hal-hal  yang  tidak konvensional  atau  yang kurang berstruktur.
e.  Sifat menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan dan pengarahandalam hidup,  menghargai  kemampuan  dan  bakat-bakat  sendiri  yangsedang berkembang

Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas,  mempunyai  kegemaran  dan  menyukai  aktivitas  yang  kreatif. Mereka  lebih  berani  mengambil  resiko  (tetapi  dengan  perhitungan) daripada  anak-anak  pada  umumnya,  artinya  dalam  melakukan  sesuatu yang  bagi  mereka  amat  berarti,  penting  dan  disukai,  mereka  tidak terlalu  menghiraukan  kritik  dan  ejekan  orang  lain. Mereka  pun  tidak takut  untuk  membuat  kesalahan  dan  mengemukakan  pendapat  mereka walaupun  mungkin  tidak  disetujui  orang  lain.  Orang yang  inovatif berani  untuk  berbeda,  menonjol,  membuat  kejutan  atau  menyimpang dari tradisi.
Utami Munandar (1992) mengemukakan cini-ciri kreativitas antara lain:
1. Senang mencari pengalaman baru
2. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3. Memiliki inisiatif
4. Memiliki ketekunan yang tinggi
5. Cenderung kritis terhadap orang lain
6. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
7. Selalu ingin tahu
8. Peka atau perasa
9. Enerjik dan ulet
10. Menyukai tugas-tugas yang majemuk
11. Percaya kepada diri sendiri
12. Mempunyai rasa humor
13. Memiliki rasa keindahan
14. Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.

Adapun Clark (Asori, 2009:73) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Memiliki disiplin diri yang tinggi
2. Memiliki kemandirian yang tinggi
3. Cenderung sering menentang otoritas
4. Memiliki rasa humor
5. Mampu menentang tekanan kelompok
6. Lebih mampu menyesuaikan diri
7. Senang berpetualang
8. Toleran terhadap ambiguitas
9. Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan
10. Menyukai hal-hal yang kompleks
11. Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
12. Memiliki memori dan atensi yang baik
13. Memiliki wawasan yang luas
14. Mampu berpikir periodik
15. Memerlukan situasi yang mendukung
16. Sensitif terhadap lingkungan
17. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
18. Memiliki nilai estetik yang tinggi
19. Lebih bebas dalam mengembangkan integrasi peran seks.


Manfaat Kreativitas Belajar Siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar anak yang memiliki kreativitas lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu  memecahkannya pula. Oleh karena itu, guru perlu memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa sehingga kreativias, bakat dan minatnya dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Kreativitas  sangat  penting  dalam  hidup,  maka  dari  itu  kreativitas perlu  dipupuk  sejak  dini  dalam  diri  peserta  didik. Utami  Munandar (2002:43) mengemukakan alasan pentingnya kreativitas antara lain:
1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.  Kreativitas  merupakan  manifestasi  dari  individu  yang berfungsi sepenuhnya.
2. Kreativitas  atau  berfikir  kreatif  sebagai  kemampuan  untuk  melihat bermacam-macam  kemungkinan  penyelesaian  terhadap  suatu masalah  merupakan  bentuk  pemikiran  yang  sampai  saat  ini  masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan  lingkungan,  tetapi  terlebih-lebih  juga  memberikan  kepuasan kepada  individu.  Dari  wawancara  terhadap  tokoh-tokoh  yang  telah mendapat  penghargaan  karena  berhasil  menciptakan  sesuatu  yang bermakna  yaitu  para  seniman,  ilmuwan  dan  para  inventor,  ternyata faktor  kepuasan  ini  amat  berperan,  bahkan  lebih  dari  keuntungan material semata-mata.
4. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitaas hidupnya.  Dalam  era  pembangunan  ini,  kesejahteraan dan  kejayaan masyarakat  dan  negara  bergantung  pada  sumbangan  kreatif,  berupa ide-ide  baru,  penemuan-penemuan,  dan  teknologi  baru.  Untukmencapai  hal  ini,  sikap,  pemikiran  dan  perilaku  kreatif  harus dipupuk sejak dini.

Faktor-faktor yang Mendorong Kreativitas Belajar Siswa 
Pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal penting, sebab jika kreativitas siswa tidak muncul maka proses pembelajaran tersebut akan statis, artinya tidak ada interaksi yang baik antara pendidik dan anak didik, oleh karena itu kita harus mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa.

Kreativitas belajar dan konteks ini, berarti para siswa diharapkan mampu membuat koneksi (keterkaitan) atas diri mereka sendiri, untuk hadir dan menghasilkan kombinasi-kombinasi baru, untuk mengaplikasikan imajinasi dalam bahasa yang mereka gunakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar antara lain :

a) Faktor internal siswa, faktor Internal siswa adalah yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis (rohaniah), aspek fisiologis (jasmaniah)meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca indera terutama otak, karena otak adalah sumber dan menara pengontrol kegiatan badan manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga manusia dapat belajar dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya di muka bumi. Aspek psikologis (rohaniah) dalam belajar, akan memberikan andil yang penting. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yng dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat, bakat, motivasi, dan kreativitassiswa. Seorang siswa akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hokum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, kesatuan antara aspek fisiologis dan aspek psikologis akan membantu pelajaran.

b) Faktor eksternal siswa, faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar misalnya rajin membaca dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya. Tempat tinggal keluarga siswa, alat belajar, waktu belajar dan cuaca, faktor-faktor ini dipandang dapat menentukan tingkat kreativitas dan keberhasilan siswa.

c) Faktor instrumental, yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa.
Kesempatan  untuk  belajar  kreatif  ditentukan  oleh  banyak  faktor antara lain sikap dan minat siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990).  Menurut Amabile (1989) dalam Munandar (2004: 113-114) .Ada beberapa factor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa :
a. Sikap orang tua terhadap kreativitas anak
Sudah  lebih  dari  tiga  puluh  tahun  pakar  psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreativitas  anak  jika  kita  menggabung  hasil  penelitian  dilapangan dengan  teori-teori  penelitian  laboratorium  mengenai  kreativitas dengan  tes  psikologis  kita  memperoleh  petunjuk  bagaimana  sikap orang  tua  secara  langsung  mempengaruhi  kreativitas anak  mereka.
Ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah :
1) Kebebasan
Orang  tua  yang  percaya untuk  memberikan  kebebasan  kepada anak  cenderung  mempunyai  anak  kreatif.  Mereka  tidak  otoriter, tidak  selalu  mau  mengawasi  dan  mereka  tidak  terlalu  membatasi kegiatan anak.
2) Aspek
Anak  yang  kreatif  biasanya  mempunyai  orang  tua  yang menghormati  mereka  sebagai  individu,  percaya  akan  kemampuan mereka dan mengharagai keunikan anak 
3) Kedekatan emosional
Kreativitas  anak  dapat  dihambat  dengan  suasana  emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah.
4) Prestasi 
Prestasi  bukanlah  angka.  Orang  tua  anak  yang  kreatif menghargai  prestasi  anak,  mereka  mendorong  anak  untuk  berusaha sebaik-baiknya dalam menghasilkan karya-karya yang baik. 
5)  Menghargai Kreativitas 
Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
b. Strategi mengajar guru
Dalam  kegiatan  mengajar  sehari-hari  dapat  digunakan  strategi khusus  yang  dapat  meningkatkan  kreativitas.  Strategi  tersebut meliputi:
1) Penilaian 
Penilaian  guru  terhadap  pekerjaan  murid  dapat  dilakukan dengan cara: 
a. Memberi  umpan  balik  berarti  daripada  evaluasi  yang abstrak dan tidak jelas 
b. Melibatkan  siswa  dalam  menilai  pekerjaan  mereka  sendiri  dan belajar dari kesalahan mereka 
c. Penekanan  terhadap  “apa  yang  telah  kamu  pelajari”  dan  bukan pada “bagaimana melakukannya”. 
2) Hadiah 
Anak  senang  menerima  hadiah  dan  kadang-kadang melakukan  segala  sesuatu  untuk  emperolehnya.  Hadiah  yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah kesempatan menampilkan dan mempresentasekan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan.
3) Pilihan 
Sedapat  mungkin  berilah  kesempatan  kepada  anak  memilih apa  yang  nyaman  bagi  dia  selama  hal  itu  sesuai dengan  ketentuan yang  ada.  Jika  guru  membatasi  pilihan  siswa,  maka  guru  dapat menghambat kreativitas siswa tersebut.

Karakteristik dan Indikator Kreatvitas Belajar Siswa
Piers (Asrori, 2009:72) mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah:
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4. Memiliki ketekunan yang tinggi
5. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan
6. Penuh percaya diri
7. Memiliki kemandinian yang tinggi
8. Bebas dalam mengambil keputusan
9. Menerima diri sendiri
10. Senang humor
11. Memiliki intuisi yang tinggi
12. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks
13. Toleran terhadap ambiguitas
14. Bersifat sensitif.


Mengacu pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas belajar siswa dapat dimpulkan sebagai berikut:
1.  Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2.  Memiliki keterlibatan yang tinggi
3.  Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4.  Penuh percaya diri atau percaya kepada diri sendiri
5.  Memiliki kemandirian yang tinggi
6.  Senang mencari pengalaman baru
7.  Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
8.  Memiliki inisiatif
9.  Enerjik dan ulet dan memiliki ketekunan yang tinggi
10.    Cenderung kritis terhadap orang lain
11.    Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
12.    Selalu ingin tahu atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
13.    Menyukai tugas-tugas yang majemuk atau hal-hal yang kompleks
14.    Memiliki disiplin diri yang tinggi
15.    Memiliki kemandirian yang tinggi
16.    Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
17.    Memiliki memori dan atensi yang baik
18,    Memiliki wawasan yang luas

================================================





Loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KREATIVITAS BELAJAR SISWA"

Post a Comment