Pengertian Istitsna Dalam Ilmu Nahwu

Loading...

Pengertian Istitsna Dalam Ilmu Nahwu Bahasa Arab

Pengertian Istitsna – Secara bahasa, yang dimaksud dengan “Istitsna” adalah pengecualian. Maka, setiap pengecualian dalam bahasa arab disebut dengan istitsna misalnya kalimat “semua murid telah datang kecuali Ahmad” pada contoh kalimat tersebut, yang menjadi contoh Istitsna-nya adalah kata Ahmad karena dia dikecualikan dari murid yang telah datang.

Baca juga : Pengertian Tamyiz Dalam Nahwu

Pengertian Istitsna Dalam Ilmu Nahwu Bahasa Arab Pengertian Istitsna Dalam Ilmu Nahwu

Istitsna Dalam Ilmu Nahwu

Sedangkan pengertian Istitsna dalam ilmu nahwu ialah sebagai berikut :

الاِسْمُ الوَاقِعُ بَعْدَ اِلاَّ اَوْ اِحْدَى اَخَوَاتِهَا

Artinya : isim yang terletak sesudah lafadz “illa” atau salah satu saudara-saudaranya.

Dari pengertian tersebut, sangat jelas sekali bahwa yang dimaksud dengan Istitsna adalah isim yang letaknya sesudah lafadz illa atau saudara-saudaranya.

Adapun saudara-saudara Illa ada delapan, yaitu :

1 اِلاَّ = Artinya kecuali. Contoh : جَاءَ القَوْمُ اِلاَّ زَيْدًا (Kaum itu telah datang kecuali Zaid)

Yang menjadi contoh Istitsna-nya adalah lafadz زَيْدًا dimana letaknya setelah huruf Istitsna yaitu اِلاَّ .

2 غَيْرُ = Artinya selain. Contoh :  جَاءَ القَوْمُ غَيْرَ زَيْدٍ (kaum itu telah datang kecuali Zaid)

Yang menjadi contoh Istitsna-nya ialah lafadz زَيْدٍ dimana ia letaknya setelah saudaranya Illa yaitu غَيْرَ.

3-5  سِوًى – سُوًى – سَوَاءٌ  = Artinya selain.

6-8 خَلَا – عَدَا – حَاشَا = Artinya selain.

Dalam istitsna ada istilah taam dan mujab. Yang dimaksud dengan taam adalah :

اللَّذِى ذُكِرَ فِيْهِ المُسْتَثْنى مِنْهُ

Yaitu kalam yang disebutkan mustatsna (lafadz yang dikecualikan) dan mustatsna minhunya (Lafadz pengecualian). Jika mustatsna minhunya tidak disebutkan maka ia namanya Naqis.

Sedangkan yang dimaksud dengan mujab ialah :

هُوَ المُثْبَتُ اى اللَّذِى لاَيَدْخُلُهُ نَفْيٌ وَلاَنَهْىٌ وَلاَاسْتِفْهَامٌ

Ia adalah kalam musbat, yaitu kalam yang tidak dimasuki huruf nafi, nahyi, dan istifham. Jika terdapat salahsatu huruf nafi, nahyi, atu istifham maka disebut manfi.

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai aturan-aturan i’rab dalam istitsna. Karena pembahasannya cukup panjang, silahkan menuju halaman 2 di bawah, .

Lanjut hal 2, .

Aturan-Aturan I’rab Dalam Istitsna

I’rab Istitsna tidak selamanya dinashabkan, ada beberapa kondisi tertentu yang membuat i’rabnya menjadi tidak nashab lagi.

Adapun aturan i’rab istitsna tersebut ialah sebagai berikut :

1 Lafadz yang di-Istitsna dengan illa harus dinashabkan bilamana keadaan kalamnya bersifat taam dan mujab.

Contoh : جَاءَ القَوْمُ اِلاَّ زَيْدًا

Contoh di atas adalah kalam yang bersifat taam dan mujab, disebut taam karena disebutkan mustatsna yaitu lafadz زَيْدًا dan mustatsna minhunya yaitu lafadz القَوْمُ dan disebut mujab karena tidak ada huruf nafi, nahyi tau juga istifham.

2 Jika kalamnya ternyata taam akan tetapi nafi maka i’rab mustatsna-nya boleh dinashabkan dn boleh juga dibuat badal (artinya i’rabnya mengikuti mustatsna minhunya).

Contoh :

مَا قَامَ القَوْمُ اِلاَّ زَيْدًا = Mustatsnanya dinashabkan karena jadi istitsna

مَا قَامَ القَوْمُ اِلاَّ زَيْدٌ = Mustatsnanya di rafa’kan karena mengikuti mustatsna minhu (jadi badal)

 3 Jika kalamnya naqis maka i’rab mustatsna-nya tergantung pada ‘amil-nya, artinya bisa rafa’, nashab dan khofadz.

مَا قَامَ اِلاَّ زَيْدٌ = Dirafa’kan karena amilnya fi’il lafadz قَامَ .

مَا ضَرَبْتُ اِلاَّ زَيْدًا = Dinashabkan mustatsna-nya karena jadi maf’ul.

مَا مَرَرْتُ اِلاَّ بِزَيْدٍ = Dikhofadz-kan karena jadi majrur.

4 Lafadz yang di-Istitsna dengan lafadz غَيْرُ – سِوًى – سُوًى – سَوَاءٌ selamanya di-jar-kan sebab jadi mudhaf ilaih.

Contoh :

قَامَ القَوْمُ غَيْرَ زَيْدٍ = Taam dan Mujab.

مَا قَامَ غَيْرُ زَيْدٍ = Naqis dan Manfi.

5 Lafadz yang di-Istitsna oleh خَلَا – عَدَا – حَاشَا maka mustatsna-nya boleh di-nashabkan dan boleh juga di-jar-kan.

Contoh :

قَامَ القَوْمُ خَلَا زَيْدًا = Lafadz خَلَا dianggap fi’il madhi.

قَامَ القَوْمُ خَلَا زَيْدٍ = Lafadz خَلَا dianggap mudhaf

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian istitsna dalam ilmu nahwu bahasa arab secara rinci, berikut dengan aturan-aturannya beserta contohnya masing-masing. Semoga bermanfa’at, .

Loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Istitsna Dalam Ilmu Nahwu"

Post a Comment