Nahwu Bab Laa Berikut Penjelasan Dan Contohnya
Nahwu Bab Laa – Isim manshubat (yang dinashabkan) selanjutnya adalah isim la, laa ini beramal seperti lafadz inna dimana lafadz ini beramal menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya (lihat : Inna Dan Saudaranya ). Antara laa dan inna tentunya tetap memiliki perbadaan, yang menyamainya hanyalah amalnya saja.
Baca juga : Pengertian Istitsna Dalam Ilmu Nahwu
Adapun aturan nahwu bab laa ini bisa beramal seperti lafadz inna adalah sebagai berikut :
1 Setelah lafadz laa harus isim nakiroh.
2 Isim laa-nya tidak boleh menggunakan tanwin.
3 Antara laa dan isimnya tidak boleh terpisah.
4 Lafadz laa-nya tidak boleh di-tikror (diulang).
Apabila empat syarat tersebut sudah terpenuhi maka isim laa-nya harus dinashabkan.
Contoh : لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ = Tiada seorang laki-laki pun di rumah.
Kalau antara laa dan isimnya terpisah oleh lafadz yang lain maka ia harus dirafa’kan (sebab menjadi mubtada yang diakhirkan) dan laa-nya wajib diulang.
Contoh : لاَ فِى الدَّارِ رَجُلٌ وَلاَ امْرَأَةٌ = Di dalam rumah itu tidak ada laki-laki dan tidak ada pula wanita.
Kalau antara laa dan isimnya tidak terpisah tapi lafadz laa-nya diulang maka ia boleh ber’amal (me-nashabkan isim nakiroh) boleh juga ilgho (membiarkannya, tidak menashabkan isim nakiroh).
Contoh :
‘Amal = لاَ رَجُلَ فِى الدَّرِ وَلاَ امْرَأَةٌ – Di dalam rumah itu tidak ada laki-laki dan tidak ada pula wanita.
Ilgho = لاَ رَجُلٌ فِى الدَّرِ وَلاَ امْرَأَةٌ – Di dalam rumah itu tidak ada laki-laki dan tidak ada pula wanita.
Demikian pembahasan ilmu nahwu bab laa berikut dengan penjelasan singkat dan contohnya. Semoga bermanfa’at, .
0 Response to "Ilmu Nahwu Bab Laa"
Post a Comment